Powered By Blogger

Thursday 10 March 2011

Rumah Bugis

Kenali Rumah Bugis




rumahbugis_1 










Ini adalah rangkain cerita yang akan aku tuliskan tentang aku dan asal – usulku, serta hal-hal lain tentang orang bugis. Tulisan kedua ini, akan mengangkat rumah khas bugis, yaitu rumah panggung.
Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lain ( sumatera dan kalimantan ). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tanbahan disamping bangunan utama dan bagian depan [ orang bugis menyebutnya lego - lego.
Bagaimana sebenarnya arsitektur dari rumah panggung khas bugis ini ?. Berikut adalah bagian – bagiannya utamanya :
  1. Tiang utama ( alliri ). Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya. jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. tetapi pada umumnya, terdiri dari 3 / 4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri.
  2. Fadongko’, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri di setiap barisnya.
  3. Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliri paling tengah tiap barisnya.
Mengapa orang bugis suka dengan arsitektur rumah yang memiliki kolong ? Konon, orang bugis, jauh sebelum islam masuk ke tanah bugis ( tana ugi’ ), orang bugis memiliki kepercayaan bahwa alam semesta ini terdiri atas 3 bagian, bagian atas ( botting langi ), bagian tengah ( alang tengnga ) dan bagian bawagh ( paratiwi ). Mungkin itulah yang mengilhami orang bugis ( terutama yang tinggal di kampung, seperti diriku ) lebih suka dengan arsitektur rumah yang tinggi. Mengapa saya suka ? karena saya orang bugis… hehehe.. . Sebenarnya bukan karena itu, tetapi lebih kepada faktor keamanan dan kenyamanan. Aman, karena ular tidak dapat naik ke atas ( rumahku di kampung tingginya 2 meter dari tanah ). Nyaman, karena angin bertiup sepoi-sepoi, meskipun udara panas.. Wong rumahnya tinggi, hehehe
Bagian – bagian dari rumah bugis ini sebagai berikut :
  1. Rakkeang, adalah bagian diatas langit – langit ( eternit ). Dahulu biasanya digunakan untuk menyimpan padi yang baru di panen.
  2. Ale Bola, adalah bagian tengah rumah. dimana kita tinggal. Pada ale bola ini, ada titik sentral yang bernama pusat rumah ( posi’ bola ).
  3. Awa bola, adalah bagian di bawah rumah, antara lantai rumah dengan tanah.
Yang lebih menarik sebenarnya dari rumah bugis ini adalah bahwa rumah ini dapat berdiri bahkan tanpa perlu satu paku pun. Semuanya murni menggunakan kayu. Dan uniknya lagi adalah rumah ini dapat di angkat / dipindah.. simple kan. 
Ok, itu saja dulu. Sampai jumpa pada tulisan berikutnya.

Srikandi Yang Hijrah

Srikandi Bugis yang Hijrah

Sujud menyembah kepada Allah Sang Pencipta yang mewujudkan segalanya. Saya memeluk agama Islam dengan erat. Saya junjung di atas kepala. Kuusung ke puncak langit mahligai emas cahaya kebesaran Ilahi. Bersalawat kepada yang Mulia Rasulullah Muhamad SAW sekeluarga dan sahabatnya.

Ada tiga kekuatan gaib  terpancang kukuh di dalam diriku membuat ingatan dan kesetiaan hatiku TEA LARA (Tak mau Lemngser) kepada Pesona Tanah Bugis yang tercinta :
1. Darah dagingku adalah tetesan darah laskar, abdi, patriot, pembela Tanah Bugis yang keramat dalam kebesaran dan kemuliaan Allah.
2. Aku adalah hamba-MU ya Allah. Engkau takdirkan lahir di Tana Bugis yang keramat, bangkit berdiri, hidup rela berkorban, mati, memikul  susah senangnya Tana Bugis Tercinta.
3. Atas kehendak-MU ya Allah, aku hijrah bermukim dan menetap mengabadi di negeri orang. Meniti pada limpahan rahmat kasih sayang-MU ya Allah, kami bagaikan berkalung emas, karena berpucuk harapan kehendak-MU yang berlaku dan itulah yang menjadi kenyataan. Namun pesona Tana Bugis tercinta sukar lengser dalam hati dan ingatan.

Bergetar hati berdebar jantung menggelegar di dada. Berdiri merinding menangis bulu roma mengucurkan keringat, merintih ke sum-sum tulang menggerakkan otot daging mengungkit tenaga perkasa bekerja tanpa pamrih dan ikhlas  yang menyadari keberadaan diri sebagai Bangsa Bugis yang ikhlas mengabdi di bumi Wanua Lain. Tidak angkuh, tidak sombong, sopan dan santun, terhormat, terpuji tidak memandang enteng sesama hamba Allah, seperti padi congkak tak berisi. Kecuali hanya merasa adanya getaran suara Ilahi membisisk dalam hati nurani nan suci. Walaupun wujud dan jasad ini ada di negeri Lipu Tenrita, namun Aura jiwaku terpancang kukuh di Tana Sumange Tana Bugis. Keabadian Aura Semangat Leluhurku takkan sirna sejengkalpun.
By.Gita

Ciri-ciri Kepimpinan Raja Bugis


10. CIRI KEPEMIMPINAN RAJA BANGSA BUGIS

1.Mempunyai watak BUMI,  yaitu  seorang pemimpin hendaknya mampu melihat jauh ke depan, berwatak murah hati, suka beramal, dan  senantiasa berusaha untuk tidak  mengecewakan kepercayaan rakyatnya

2.Mempunyai watak LANGIT, yaitu langit mempunyai keluasan yang  tak terbatas hingga mampu menampung apa saja yg datang  padanya. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan batin dan  pengendalikan diri yang  kuat, sehingga dengan sabar mampu menampung pendapat rakyatnya yang bermacam-macam

3.Mempunyai watak BINTANG, yaitu bintang senantiasa mempunyai tempat yang tetap di langit sehingga dapat menjadi pedoman arah (Kompas). Seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan rakyat kebanyakan tidak ragu menjalankan keputusan yang disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan.

4.Mempunyai watak MATAHARI, yaitu matahari adalah sumber dari segala  kehidupan, yang membuat semua mahluk tumbuh dan berkembang. Seorang pemimpin hendaknya mampu mendorong dan menumbuhkan daya hidup rakyatnya utk membangun negara dengan memberikan bekal lahir dan batin untuk dapat  berkarya dan memamfaatkan cipta, rasa, dan karsanya.

5.Mempunyai watak BULAN, yaitu keberadaan bulan senantiasa menerangi kegelapan malam dan menumbuhkan harapan sejuk yang indah mempesona. Seorang pemimpin hendaknya sanggup dan dapat memberikan dorongan dan mampu membangkitkan semangat rakyatnya, ketika rakyat sedang  menderita kesulitan. Ketika rakyatnya sedang susah maka pemimpin harus berada di depan dan ketika rakyatnya senang pemimpin berada di belakang.

6.Mempunyai watak ANGIN, yaitu angin selalu berada disegala tempat tanpa   membedakan daratan tinggi dan  daratan rendah ataupun ngarai. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyatnya, tanpa membedakan derajat dan  martabatnya, hingga secara langsung mengetahui keadaan & keinginan rakyatnya.

7.Mempunyai watak API, yaitu api mempunyai kemampuan untuk  membakar  habis dan menghancurleburkan segala sesuatu yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan hukum dan kebenaran secara  tegas dan  tuntas tanpa pandang bulu.

8.Mempunyai watak TANAH, yaitu tanah merupakan dasar berpijak dan rela dirinya ditumbuhi. Seorang pemimpin harus menjadikan dirinya penyubur kehidupan rakyatnya dan tidak tidur memikirkan kesejahteraan rakyatnya.

9.Mempunyai watak SAMUDRA, yaitu laut, betapapun luasnya, senantiasa mempunyai  permukaan yg rata dan bersifat sejuk menyegarkan. Seorang pemimpin hendaknya menempatkan semua rakyatnya pada  derajat dan  martabat yang  sama di hatinya. Dengan  demikian ia dapat berlaku adil, bijaksana dan  penuh kasih sayang terhadap rakyatnya.

10.Mempunyai watak RUMAH, yaitu rumah senantiasa menyiapkan dirinya dijadikan sebagai tempat berteduh baik malam maupun malam. Seorang pemimpin harus memayungi dan melindungi seluruh rakyatnya.

Bangsa Bugis Yang Membanggakan

Pakar dari Malaysia Bangga Terhadap Bangsa Bugis

Tidak dapat dipungkiri, bahwa peranan diaspora Bugis dalam sejarah politik di Kesultanan Johor Malaysia memiliki makna yang sangat strtegis. Terbukti sejak abad ke-17, bangsa Bugis sudah memainkan peran politik dalam Kesultanan Johor-Riau dan semenanjung Tanah Melayu bahkan hingga dalam negara Malaysia modern ini pun sudah dua orang perdana menteri yang berasal dari keturunan bangsa Bugis.
Demikian diungkapkan Dosen Pascasarjana Universitas Sain Malaysian (USM) Prof. Dr. Mohd Isa Othman di Auditoium Unismuh Makassar saat Seminar Internasional, Senin (29/3).
Menurutnya, Bangsa Bugis merupakan bangsa pejuang terbaik. Katanya, dalam proses perjuangannya, bangsa Bugis selalu berada posisi yang terdepan karena memiliki keberanian dan prinsipyang fundamental (ingat Prinsip Bugis, Red) yang luar biasa.
Keberanian dimaksud adalah keberanian dengan diploma dan kecerdikan, keberanian menghadapi lawan dengan keris atau badik bila diganggu dan keberanian dengan biologis dengan mengawini anak raja atau sultan sehingga menjadi bahagian dalam proses pemerintahaan tersebut.
Dalam acara seminar itu Dosen Pascasarjana USM, Dr Haji Ishak Saat, diungkap lewat dalam makalahnya berjudul Warisan Kebangsanaan Melayu Islam, menuturkan, Melayu dan Islam merupakan dua kekuatan yang tidak bisa dipisahkan karena kedua hal tersebut memiliki pertalian yang sangat erat dalam mencapai persatuan dan kesatuan.
Menurutnya, sepanjang sejarah penjajahan barat terdapat banyak tokoh Melayu-Islam muncul dalam menegakkan dakwah dan meningkatkan kegiatan keagamaan, sehingga dalam politik Melayu di Malaysia diwarnai dengan politik Islam yang memiliki akar keberagaman politik Islam-Melayu.
Pakar dari USM lainnya, Mohd Azhar Bin Bahari, mengatakan gerakan Islam di Malaysia sangat konsisten dengan issu keumatan dan sangat peduli dengan gerakan Islam dunia yang merupakan kekuatan bersama dalam peningkatan Islam sedunia.

SEJARAH BUGIS DI MALAYSIA

Salasilah Keturunan BUGIS di Malaysia


Salasilah Keturunan DAENG CHELAK
Salasilah Kesultanan Selangor
Sultan Salehuddin (Raja Lumu – 1742-1778)
Sultan Ibrahim (1778-1826)
Sultan Muhamad (1826-1857) dan kesultanan Selangor seterusnya.

Sebaik sahaja Raja Bugis menerima utusan dari Raja Sulaiman, angkatan tentera Bugis terus datang dengan 7 buah kapal perang menuju ke Riau. Raja Kechil telah ditumpaskan di Riau dan melarikan diri ke Lingga dalam tahun Hijrah 1134. Sebagai balasan, Raja Sulaiman telah bersetuju permintaan Raja Bugis dimana mereka mahukan supaya raja-raja Bugis dilantik sebagai Yamtuan Besar atau Yang Di-Pertuan Muda, bagi memerintah Johor, Riau and Lingga secara bersama jika semuanya dapat ditawan.

Setelah Bugis berjaya menawan Riau, Raja Sulaiman kemudiannya pulang ke Pahang, manakala raja Bugis pula pergi ke Selangor untuk mengumpulkan bala tentera dan senjata untuk terus menyerang Raja Kechil. Semasa peninggalan tersebut, Raja Kechil telah menawan semula Riau semasa raja Bugis masih berada di Selangor.

Setelah mendapat tahu Riau telah ditawan oleh Raja Kechil, Bugis terus kembali dengan 30 buah kapal perang untuk menebus semula Riau, semasa dalam perjalanan menuju ke Riau, mereka telah menawan Linggi (sebuah daerah di Negeri Sembilan) yang dikuasai oleh Raja Kechil. Setelah Raja Kechil mendapat tahu akan penawanan itu, baginda telah datang ke Linggi untuk menyerang balas.

Pehak Bugis telah berpecah dimana 20 buah dari kapal perangnya meneruskan perjalanan menuju ke Riau dan diketuai oleh 3 orang dari mereka. Raja Sulaiman telah datang dari Pahang dan turut serta memberi bantuan untuk menawan semula Riau. Dalam peperangan ini mereka telah berjaya menawan kembali Riau dimana kemudiannya Raja Sulaiman dan Bugis telah mendirikan kerajaan bersama.

Setelah mengetahui penawanan Riau tersebut, Raja Kechil kembali ke Siak kerana baginda juga telah gagal menawan semula Linggi dari tangan Bugis. Hingga kini Linggi telah didiami turun-temurun oleh keturunan Bugis dan bukan daerah Minangkabau.

Pada tahun 1729, Bugis sekali lagi menyerang Raja Kechil di Siak dimasa Raja Kechil ingin memindahkan alat kebesaran DiRaja Johor (Sebuah Meriam) ke Siak. Setelah mengambil semula kebesaran DiRaja tersebut, Raja Sulaiman kemudiannya ditabalkan sebagai Sultan Johor dengan membawa gelaran Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah yang memerintah Johor, Pahang, Riau, and Linggi.

Sultan Sulaiman telah melantik Daeng Marewah sebagai Yamtuan Muda Riau. Kemudian adik perempuannya Tengku Tengah pula dikahwinkan dengan Daeng Parani yang mana telah mangkat di Kedah semasa menyerang Raja Kechil disana. Seorang lagi adik Sultan Sulaiman Tengku Mandak dikahwinkan dengan Daeng Chelak ( 1722-1760) yang dilantik sebagai Yamtuan Muda II Riau 1730an. Kemudian anak Daeng Parani, Daeng Kemboja dilantik menjadi Yamtuan Muda III Riau (yang juga memerintah Linggi di Negeri Sembilan).

Anak Daeng Chelak, Raja Haji dilantik sebagai Yamtuan Muda IV Riau dimana baginda telah hampir dapat menawan Melaka dari tangan Belanda dalam tahun 1784 tetapi akhirnya baginda mangkat setelah ditembak dengan peluru Lela oleh Belanda di Telok Ketapang, Melaka. Baginda telah dikenali sebagai Al-Marhum Telok Ketapang.

Dalam tahun 1730an, seorang Bugis bernama Daeng Mateko yang berbaik dengan Raja Siak mengacau ketenteraman Selangor.

Ini menjadikan Daeng Chelak datang ke Kuala Selangor dengan angkatan perang dari Riau. Daeng Mateko dapat dikalahkan kemudiannya beliau lari ke Siak. Dari semenjak itulah daeng Chelak sentiasa berulang-alik dari Riau ke Kuala Selangor. Lalu berkahwin dengan Daeng Masik Arang Pala kemudian dibawa ke Riau.

Ketika Daeng Chelak berada di Kuala Selangor penduduk Kuala Selangor memohon kepada beliau supaya terus menetap di situ sahaja. Walau bagaimana pun Daeng Chelak telah menamakan salah seorang daripada puteranya iaitu Raja Lumu datang ke Kuala Selangor. Waktu inilah datang rombongan anak buahnya dari Riau memanggil Daeng Chelak pulang ke Riau dan mangkat dalam tahun 1745.

Perilaku Bangsawan Bugis

Perilaku Bangsawan Bugis: atara Pengkhianatan Budaya dan Haus Kekuasaan

Masih sangat jelas dalam ingatan kita tentang pernyataan seorang anak bangsawan bugis yang bernama Andi Alfian Mallarangeng pada saat kampanye presiden di Makassar baru2 ini. Pada kampanye tersebut Alfian melontarkan pernyataan didepan kader2 partai yang saya kutip seperti ini “Belum saatnya orang sul-sel memimpin Negara ini 5 tahun ke depan” …….what? Bangsa ini tersentak, seorang yang terlahir dari suku bugis dan kini menjadi seorang intelektual muda kader dari partai demokrat  mengatakan hal itu dengan bangganya di depan warga Sulawesi-Selatan. Apa yang kau cari…….. hai anak bangsawan bugis? Bukankah kau adalah seorang bangsawan bugis yang tahu dan mengerti betul dengan budaya kampung halamanmu sendiri? Apakah kau sudah berpaling dari nilai nilai yang ada dalam budayamu sendiri? Masihkau kau tau bahwa Bugis-Makassar itu sangat menjunjung tinggi budaya SIRI’ ?
Mari kita lihat apa yang dimaksud budaya SIRI’ bagi masyarakat Sul-Sel. Bagi orang Bugis Makasar inti atau jiwa kebudayaan tersebut adalah siri’. Oleh karena itu, orang Bugis Makasar memiliki apa yang disebut sebagai budaya siri’. Siri’ di dalam budaya Bugis Makassar ini dapat diidentikkan dengan rasa malu dan harga diri yang mendalam. Situasi siri’ muncul pada saat seseorang merasa bahwa kedudukannya dalam masyarakat atau rasa harga diri dan kehormatannya telah dicemarkan pihak lain. Sekali seseorang dibuat siri’ atau dipermalukan maka ia dituntut oleh masyarakat untuk mengambil langkah menebus dirinya dengan menyingkirkan penyebab malu yang tidak adil itu. Dengan demikian, ia telah memulihkan siri’nya (harga dirinya) di matanya sendiri dan di mata masyarakat.
Kuatnya kedudukan siri’ dalam eksistensi orang Bugis Makassar dapat dilihat dari adanya wasiat turun temurun yang disebut pasang bahwa siri’ emmi ri onroang ri lino, hanya untuk siri’ itu sajalah kita hidup di dunia. Dalam ungkapan ini, terkandung arti siri’ sebagai hal yang memberi identitas sosial dan martabat kepada seseorang. Hanya kalau ada martabat atau harga diri, maka itulah hidup yang ada artinya. Siri’ mendorong pendukungnya untuk berprestasi dalam segala bidang baik secara individual maupun kolektif. Siri’ pulalah yang mendorong mereka untuk berkorban termasuk dengan nyawa sekalipun untuk mempertahankannya. Tidak jarang terjadi tindakan pembunuhan karena alasan mempertahankan siri’ tersebut, baik dalam kaitannya dengan diri pelaku sendiri maupun keluarga atau kelompoknya.
Pernyataan saudara Alfian cukup merendahkan masyarakat sul-sel, merendahkan dirinya sendiri dan keluarganya apalagi saudara Alfian adalah turunan Bangsawan yang seharusnya memberi tauladan bagi masyarakat sul-sel sendiri. Dalam budaya SIRI’ penyebab yang menimbulkan rasa malu atau siri’ tersebut haruslah disingkirkan, lebih ekstrim lagi nyawa taruhannya.
Menyangkut masalah saudara Alfian mau mendukung siapa itu hak saudara, mau meraih target kekuasaan tertentu itu juga hak saudara anda mau jadi presidenpun itu hak saudara yang patut kita hormati. Tapi, tolonglah gunakan cara yang santun. Hormatilah diri anda sendiri, keluarga anda, budaya anda, daerah asal anda saudaraku….hidup ini hanyalah sementara, anda haus akan kekuasaan itu pilihan anda….tapi jangan sekali kali menyakiti dan menghianati saudara anda sendiri, budaya anda sendiri demi nafsu kekuasaan anda saudaraku…….!!!

Makanan-makanan Kaum Bugis

Makanan Khas Bugis

 
Nasu bale



Burasa khas lebaran


Pisang Ijo


 Brongko



                                                                 
                       Sawa                                    



Coto Makasar